Nah, setelah bersemedi dan melakukan perenungan-perenungan instan di kamar mandi sesaat setelah melihat foto Manohara dan setelah puasa setengah menit, maka Dhika dengan bangga kembali menerbitkan serial yang digemari oleh orang-orang buta huruf ini.
Karena Dhika mendapat banyak semangat dari orang-orang sekitar Dhika, saat nulis ini, bukan cuman teman-teman seperjuangan dan seiman, tapi juga golongan jin yang selalu berseru di belakang Dhika, “Papa! Papa! Papa!”
Oke, langsung saja kebet ceritanya, jangan lupa nyalain dulu internetnya!
(Sambungan Puyan : “Sore Gerimis Di Bandara” part 2)
** “
“
Gini apa?” sambar Puyan sangar.
“Khan
gue belum kelar ngomong, Yan, main potong aja...” protes Wawan.
“Khan
kalo disinetron biasanya gitu. Kalo lagi marah suka motong omongan orang” Puyan
membela diri.
“tapi
ini blog, Yan, bukan sinetron...”
“bodo
amat! Yang jelas ngapain elu pada ngikutin gue...?”