Sambungan Puyan : Sore Gerimis di Bandara part 1
**
Sore itu sebelum buka puasa atau bahasa Arabnya “ngabuburit” , Wawan, Ivan, Tama, Able, Zaki, dan Bayu yang tergabung dalam gang dedemit yang punya motto, “dua anak lebih baik dari pada mandul”, kompakan rapat di rumah Wawan yang letaknya gak jauh dari rumah tetangganya sendiri (penulis memang sering labil dalam mengekspresikan karyanya). Mereka duduk melingkar dengan jarak sekitar 8 kilo meter antar anggota, tambah ngaco!!!.
“Ini tidak bisa dibiarin kisanak…” kata Wawan dengan nada serius.
“Betul, Majapahit harus segera dibantu, mereka adalah sahabat kita..” tambah Bayu
“Selain itu kita punya angkatan perang yang tangguh..” Tama mengepalkan kakinya.
“Ini tidak bisa dibiarin kisanak ,betul, Majapahit harus segera dibantu, mereka adalah sahabat kita
Selain itu kita punya angkatan perang yang tangguh..” kata Able tidak jelas.
“Kisanak, bukankah itu adalah semua ucapan kami yang kisanak gabungkan?” Tanya wawan hewan, eh,salah, heran maksudnya.
“Oh, maafkan saya kalau begitu, silakan lanjutkan kisanak..” tanggap Able dengan bijaksana.
“Lantas bagaimana menurut kakang Brama Kumbara?” Tanya Zaki.
Ivan berdiri dengan gagah, “sEbEnarnya ini hal yang sulit, ini pErang saudara, dan adalah hal yang bEtul-bEtul tidak aku sukai, tapi sEbagai kErajaan yang mEmiliki kEdaulatan, kita bErhak mEnEntukan sikap…”
Sebentar, kok jadi kayak cerita Brama Kumbara di serial Saur Sepuh, lagian, sejak kapan Brama Kumbara jadi orang Batak?? Wah, tambah ngaco, nih!
Oke, kita kembail ke alam nyata!!!
“kita mesti menyelidiki Puyan..” kata Wawan.
“Gue setuju!” kata Bayu
“Kita mesti menyelidiki apa bener panu Puyan yang di bokongnya itu segede kapal tongkang!!: tambah Wawan dengan sadis.
“Wan, menyelidiki masalah status Puyan sama Prisia” ralat zaki.
“Eh, iya bener, itu maksud gue..” sahut wawan cepet,” jadi ada yang punya usul?”
Tama mengangkat tangan, “gimana kalo kita menyelidiki apa benar Puyan gak ada nembak Prisia!!”
Wawan mengacungkan jempol setuju.
Bayu angkat bicara juga, “gimana kalo kita menyelidiki tentang status Puyan dan Prisia..”
Wawan mengangguk tanda sepakat
“Kalau mEnurut aku kita harus mEmastikan apa bEnar Puyan tak jadi mEnembak Prisia” Ivan menimpali
“gue setuju sama elu, van..” kata Wawan menepuk bahu Ivan
“Kalo pendapat gue kita harus menyelidiki tentang cinta Puyan dengan Prisia, apa mereka benar-benar belum jadian..” Able tak mau ketinggalan.
Wawan tersenyum bangga, “Lu gak ngasih pendapat, Zak?”
Zaki mengeleng bingung, ia merasa kok semua pendapat mereka gak ada bedanya, ia jadi pusing, teman-temannya yang pada sarap atau dia doang yang waras, pilihan yang sulit.
“Oke..” kata Wawan, “dari semua pendapat tadi, semuanya bagus, dan susah nentuin yang mana yang mesti kita ambil, banyak kelebihan masing-masing pendapat yang gak dimiliki pendapat lainnya, jadi semua pendapat tersebut betul-betul harus disaring yang mana yang paling bagus dan peling sesuai sama kondisi kita…”
Zaki masih bengong campur heran sama kata-kata Wawan, bagus apanya, orang semua usulnya sama!!!
Wawan melanjutkan ucapannya, “jadi agar tidak terjadi kecemburuan sosial antara kita, maka gue bakal mengambil jalan tengah dengan memutuskan ide gue sendiri yang bakal kita jalanin, karena ide gue ini berbeda jauh dengan ide lu semua…”
Zaki berdoa dalam hati, semoga ide kali ini bener-bener beda.
“ide gue adalah kita akan menyelidiki Puyan tentang hubungan cintanya dengan Prisia!!” cetus Wawan
Bayu, Ivan, Tama, dan Able bersorak setuju, sedangkan Zaki jedotin palanya berkali-berkali ke dinding.
“Sekarang kita akan memutuskan langkah pertama kita untuk menyelidiki Puyan..” lanjut Wawan semangat, “ada yang punya usul?”
Ivan mengacungkan tangannya, “kita buntuti Puyan buka puasa, biasanya khan, dia sElalu buka puasa di KFC weekend sEpErti ini..”
“Usul bagus!” tanggap wawan
“Gimana kalo kita ikutin Puyan buka puasa di KFC petang ini, soalnya dia suka buka puasa di situ kalo hari-hari gini?” tancap Bayu.
“Usul mantap!!” Wawan mengecungkan jempolnya
“Gue lain lagi..” kata Tama.
“Gimana, Tam?”
“Kalo menurut gue kita lebih baik mengikuti Puyan ke KFC, dia pasti bakal buka puasa di sana..”
“Brilian, Tam!!” kata Ivan
“Gue pikir kita mending ikuti Puyan buka puasa di KFC petang ini, dia gak bakal buka puasa di rumah kalo weekend gini..” Able mengeluarkan usul “cerdas”nya.
“usul Able bagus…” gumam wawan, “gimana usul elu, Zak?”
“Cukup, Wan, sudah cukup..” sahut Zaki serak sambil mengusap dada.
“Oke, sebagai jalan tengah kita ambil usul mengikuti Puyan ke KFC!!”
Lagi-lagi Ivan, Bayu, Tama, dan Able bersorak penuh semangat, sementara zaki baca ayat kursi tiga kali minta tobat.
“Sekarang Transportasi..” Wawan kembali mengketengahkan masalah “Kita pake transportasi apa ke sana biar kompakan?”
“lEbih baik mEmakai mobilku saja, Wan, lEbih menghemat bahan bakar dan lEbih bEsar muatannya, untuk kita mEmbawa pErlangkapan shalat taraweh…” usul Ivan.
“Bisa diterima..” sabda wawan
“Wah kalo menurut gue..” timpal Bayu, “mending kita pake mobil Ivan aja, khan mobil Ivan gak boros dan gede..”
Wawan mengangguk setuju.
“Gue lain lagi..” tama gak mau kalah,”Gue pikir mobil Ivan lebih cocok dalam misi ini, karena lebih gede kapasitasnya dan gak boros BBM..”
“Usul bagus dari tama..” sambut Wawan
“gimana kalo kita pakai mobil Ivan aja, soalnya kita gak bakal berdesakan disitu selain itu kita gak bakal pusing mikirin ongkos bensin…” Able ikut berpartisipasi.
Wawan tersenyum senang, “gimana menurut lu, zak?”
Zaki menatap Wawan dengan nista, “he’eh..”
“Setelah gue menampung semua ide temen-temen, gue akuin semua idenya bervariasi dan brilian, tapi demi kekompakan kita, gue gak bakal milih ide temen-temen semua, kita bakal pake ide yang beda..” kata Wawan.
Zaki meronta dalam hati, “Ya, Allah Kabul, Ya Allah..”
“Gue memutuskan kita akan make mobil Ivan, karena mobil Ivan yang paling hemat dan yang paling mungkin menampung banyak muatan!!”
Lagi-lagi Ivan, Bayu, Tama dan Able bersorak girang dan kali ini sambil memeluk Wawan layaknya selebrasi habis nyetak gol. Sedangkan Zaki dengan sukses kejang-kejang di lantai!
**
Puyan dan Astri sedang asyik ngobrol nunggu buka puasa di KFC, semua hal mereka obrolin, dari hal-hal kecil mengenai diri masing-masing, sampai hal-hal besar macam kasus bank century yangtak kunjung usai. Namanya juga lagi dimabuk asmara, semua hal terasa indah jika dikerjakan berdua.
“Sebelum ini emang kamu gak pernah pacaran, Yan?” Tanya Astri
“Ada, sih, dulu, waktu SMP kelas tiga, aku pacaran..”
“sama cewek?”
“Bukan, sama babi hutan! Ya, sama cewek, lah…”
Astri tersenyum. “Ce,ileh.. galak amat..”
“Kamu juga, pake diperjelas pacran sama cewek atau bukan..”
“Ya, terus, kenapa putus?”
Puyan menghela nafas, “dia selingkuh, As..”
Astri heran, “Wah, hebat, masih SMP udah main selingkuh..” ia melirik arlojinya, “terus?sebelum sama aku ini apa ada cewek lain yang kamu suka…?”
Puyan terdiam, rasanya pengen banget ia bercerita tentang Prisia, namun ia tak mau kalau Astri salah sangka.
“Gak ada, As…”
“Bohong dosa, lho..”
“Ya, sapa bilang bohong dapat pahala..”
Astri manggut-manggut, masih ada gurat tidak puas di mukanya.
Sementara itu tak jauh dari tempat duduk Puyan dan Astri, ada lima makhluk ajaib yang sedari tadi mengawasi mereka, siapa lagi kalau bukan Wawan, Ivan, Bayu, Tama, Able, dan Zaki.
“Mereka ngomongin opo, yo, Wan..?”
“Mana gue tau, zak..”
“Penasaran gue, nih..”timpal Bayu, “jangan-jangan lagi ngomongin gue..”
“Jangan gEEr kau, Yu..” tegur Ivan.
“Sebenernya gue juga penasaran..” gumam Wawan.
Tiba-tiba Tama berdiri dari kursinya..
“eh, mau kemana lu, tam?” Tanya Bayu heran.
“Biar gak penasaran, biar gue yang tanyain langsung sama Puyan mereka ngomongin apa..” sahut Tama polos.
Wawan menarik Tama dengan kesal, “Duduk lu, sedikit aja pantat lu begeser, gue gunting jidat lu..!”
Tama langsung nginyem.
Tiba-tiba Able cekikikan.
“Bah! kEnapa pula kau, BlE?” Tanya Ivan heran
“Wawan barusan ngerayu Tama, Tama mau dikasih bunga katanya..”sahut Able dengan pendengarannya yang ajaib sambil tak henti ngikik.
“Mau disilet-silet kayak manohara ni anak..”ancam wawan pada Able.
Able masih ngikik,”dia makin cinta sama tama katanya..”
“Udah, wan, sing sabar…” Zaki mengelus-elus dadanya sendiri.
“Eh, salah, Tupai!!! Sini!!!” ralat Wawan sambil menunjuk dadanya sendiri.
“Lagian gue bingung, cewek manalagi yang sama Puyan itu, ya? Cakep banget, luluh lantak gue mandang mukanya..” sabda Bayu.
“Biawak aja dikasih bEha kau bilang cantik juga, Yu!!” kata Ivan.
“Mungkin temen Puyan di facebook kali..” tebak Tama
“Atau tetangga Puyan..” kata Able yang kali ini nyambung
“Bisa pula itu tEman kakaknya Puyan yang di bElanda itu..” Ivan menganalisa
“dan bisa juga itu temen kuliahnya Puyan..” gumam Wawan.
“Eh, sendok bubur!!! Puyan masih kelas dua SMA kayak kita!” ralat Bayu
“Ya, siapa tahu, itu kejadian beberapa tahun yang akan datang gitu, Yu..” Wawan membela diri dengan alasan konyol.
“mana ada kayak gitu. Kebanyakan baca komik Sinchan, sih elu..”
“Apa hubungannya, Yu?” Tanya Zaki
“Ya, gak ada, sih.. cuman mau manjangin dialog aja..”
“Eh,Yu, itu khan sudah dipakai sama si Puyan di part sEbElumnya, kEnapa kau pakai lagi?”
“Sori, Van, gue khilaf..” kata Bayu.
“Lah, terus sopo sing karo Puyan itu?”
Bayu menarik nafas pelan,”kayaknya gue tau..”
Teman-temannya langsung mandangin Bayu sambil nahan muntah.
“Sepertinya itu adalah bidadari yang bakal menjadi jodoh gue yang terus gue harapin dalam shalat gue yang dikirim lewat Puyan…”
Tanpa ampun Bayu langsung dibejek-bejek teman-temannya dengan khidmat.
Keributan tersebut membuat Astri heran, ia memandangi lima makhluk tersebut, “Yan, itu siapa, sih, ribut banget..”
Puyan heran lalu mengikuti arah tatapan Astri.
“Eh, Puyan curiga, dia mElihat kita, ayo ambil posisi!!” bisik Ivan panic.
Serentak lima sahabat tadi ngambil posisi salng mijit punggung satu sama lain dengan posisi membelakangi Puyan dan Astri dengan gaya konyol bin sarap.
“Kamu kenal, Yan?”
Puyan terus memandangi punggung sahabatnya dengan seksama sambil mikir, “Kayaknya sih, iya..”
“Siapa, Yan?Kamu kenal dimana?” desak Astri.
“Mirip siapa, ya..” Puyan terus mikir.
Astri mengerutkan dahi,”Udah ah, gak usah dipikirin..”
Tiba-tiba Puyan tersenyum, “Aku ingat..”
“Yang bener?”
Puyan mengangguk,”itu semua khan satwa langka yang dikoleksi kebun binatang Kum-Kum itu?”
“Hah?Jangan ngaco, ah?” Astri tambah bingung
“Pokoknya gitu, lah, aku juga bingung, udah ah, tuh, udah azan, buka puasa yuk?”
Astri menap Puyan dengan janggal. Namun akhirnya ia mengangguk dengan seternyum. Mereka lalu menyantap hidangan buka puasa yang sejak tadi menanti untuk disantap.
Lima sekawan menghembuskan nafas lega.
“Hampir aja kita ketahuan...” ujar Wawan.
“eh, sudah buka puasa tampaknya ini.” Ivan terlihat sumringah. “apa kita sEkalian buka puasa di sini?”
“Ide bagus, itu...”
“Ya, udah, Tam. Elu aja yang pesen sana...”
“masa gue sih?” Tama Protes
“Ya, iya, lah. Masa Puyan?” balas Wawan
“mending Puyan. Ya, udah gue panggil dulu Puyannya...” Tama tidak mampu menangkap pertanyaan retoris Wawan.
“Eh. Ngapain lu? Sini aja!” Wawan dengan panik menahan Tama.
Zaki yang bosan melihat keributan teman-temannya, mencari kesibukan sendiri dengan melirik ke sekitarnya, termasuk ke arah para wanita muda menarik yang sedang melayani pemesananan makanan dari pala konsumen dengan ramah. Tiba-tiba matanya berhenti pada salah seorang wanita tersebut yang lumayan manis dan tampak sedang melayani pembayaran seorang konsumen (backsound “cantik” by kahitna).
“Cantik tenan, ya. Cewek itu, senyumnya itu, lho. Unyu-unyu...” tiba-tiba Zaki berbicara pelan sambil matanya tak lepas memandang wanita tersebut.
Teman-temannya ikut mengikuti arah pandangan Zaki. Sontak Bayu dan Ivan yang naluri Playboynya yang sudah terkenal ke seantero alam gaib rebutan untuk menemui wanita tersebut.
“Biar aku yang tEmui wanita itu, kalian mau pEsan apa?” kata Ivan
“Gue aja, Van. Lu pimpin yang lain aja ngawasin Puyan..” Bayu gak mau kalah.
“Kau masih kecil, Yu. BElum bisa mEnahan hasrat. MEnding aku aja.”
“Justru itu, Van. Karena elu udah tua. Ntar asam urat lu kambuh, khan malu-maluin..”
“tak bisa bEgitu, Yu. Yang senior itu harus didahulukan...”
“Elu yang salah, Van. Saatnya yang muda yang berkarya, lagian apa lu gak liat di tipi. Korupsi meraja lela di mana-mana..”
Teman-temannya pada mandangin Bayu.
“Hubungannya apa, Yu?”
“gak ada, sih..”
“huuuu...”
Karena jenuh dengan keributan itu, Wawan menengahi.
“Udah. Siut aja, deh!”
“Siut apa? Cina atau indonesia?”
“Indonesia aja”
“Wah, di Indonesia gajah udah hampir punah, Wan. Jadi pemerintah gak bolehin make lagi..”
“ya, udah, kalo gitu Cina aja...”
“Denger-denger di Cina lagi ada banjir, ya...”
“Wah, iya, Wan. Gue gak bisa berenang”
“terus apa, dong?”
“Arab aja gimana?”
“aku tak bisa bahasa Arab, Wan. Aku tau hanya Aishiteru saja...”
“Itu Bahasa Jepang, dodol!”
“ribet amat, cepetan!”
Akhirnya Bayu dan Ivan siut gaya Indonesia, dengan catatan gak boleh bawa gajah, karena gajah udah hampir punah. Jadi dapat di bayangkan susahnya mereka siut, dengan menggunakan jempol kaki yang mereka lambangkan sebagai kuda nil. Dan akhirnya pemenangnya adalah Bayu.
Bayu tersenyum penuh kemenangan, sementara Ivan bersungut-sungut.
“Oke lah, Yu. Aku mEngaku kalah.” Kata Ivan bijak, “namun bagaimana jika aku ingin mengatakan sepatah dua patah kata pidato mengenai kekalahanku ini”
Wawan mengancam Ivan dengan bogemnya.
“Baiklah kalau, begitu, sekian dan terima kasih...” kata Ivan dengan pilu.
“Oke” kata Bayu senang” kalian mau pesan apa? Biar gue pesenin!”
“Gue Burger!”
“Gue ayam!”
“Gue Kentang goreng!”
“Aku sebagaimana dicontohkan Rasulullah yaitu bErbuka puasa harus dengan yang sederhana dan manis-manis. Maka...”
“Cepetan!”
“Aku pEsan ayam satu biji, burger. Nasi putih, kentang goreng. Minumnya soda. tErus perkedal dua biji, aku juga minta saosnya yang banyak”
Ivan langsung dgetok sama teman-temannya.
“Lu apaan, Wan!”
“”gue nasi bungkus satu!”
Bayu langsung ngacir ke mbak-mbak penerima pesanan, tak lama ia balik lagi sambil bersungut-sungut.
“mana ada nasi bungkus, setaaaan!!!!”
“Apa yang ada aja, deh..” kata Wawan akhirnya.
Bayu berbalik ke arah para penerima pesanan.
4 sekawan kembali mengawasi Puyan. Namun aneh, Puyan dan Astri telah tidak ada. Mereka lalu melirik sana-sini untuk mencari keberadaan Puyan. Dan betapa kaget mereka, ketika tiba-tiba Puyan telah berdiri di samping mereka dengan muka sangar.
“ngapain lu ngikutin gue?” suara Puyan menggelegar.
“eh, kau yan. sEjak kapan kau datang kE sini! Sudah lama tak jumpa kita, Kawan!” Ivan langsung memeluk Puyan.
“gak usah peluk! Peluk!” Puyan tambah sangar.
“ngapain lu main bola?”
“salah, yan. Yang bener ngapain kita ngawasin elu..” ralat tama.
“itu maksud gue. Orang marah mah wajar salah.”
“kit... kita.... kita disuruh Bapak itu, Yan!” kata Wawan gugup sambil nunjuk bapak-bapak yang sedang makan ayam dengan kalap.
Puyan menatap teman-temannya dengan muka kriminal.
“jadi gini, Yan....”
BERSAMBUNG
Lanjuuuuut,Bos!